Lima Poin Pembicaraan Utama Jelang Paruh Kedua F1 2024
Crash.net mengumpulkan beberapa poin pembicaraan utama menjelang paruh kedua F1 2024.
Setelah jeda hampir empat minggu, F1 kembali beraksi akhir pekan ini di Grand Prix Belanda, yang pertama dari 10 balapan tersisa yang akan menentukan hasil kejuaraan dunia 2025.
Kekhawatiran awal akan dominasi lainnya dari Red Bull telah terkikis oleh persaingan yang ketat, dibuktikan dengan tujuh pembalap berbeda yang meraih kemenangan dari 14 putaran pembuka.
Berikut ini beberapa topik pembicaraan terbesar menjelang paruh kedua musim ini…
Pertarungan kosntruktor semakin panas
Meskipun tidak pernah menang sejak Grand Prix Spanyol lima balapan lalu, Max Verstappen dari Red Bull masih unggul 78 poin atas penantang terdekatnya, Lando Norris dari McLaren.
Meski performa Red Bull mungkin sedang menurun akhir-akhir ini, konsistensi Verstappen yang luar biasa telah memungkinkannya untuk terus menambah keunggulannya di klasemen saat rival memiliki mobil yang lebih cepat. Pada dasarnya, Max tetap berada dalam posisi yang kuat untuk gelar keempat beruntun.
Untuk memiliki peluang mengalahkan Verstappen, Norris setidaknya harus mengungguli pembalap Belanda itu dengan rata-rata delapan poin per balapan. Mengingat tren terkini, dan fakta bahwa Norris baru meraih satu kemenangan musim ini, skenario ini tampaknya tidak realistis.
Namun, persaingan untuk gelar konstruktor masih terbuka lebar. Penurunan daya saing Red Bull, ditambah dengan penampilan mengecewakan Sergio Perez , telah membuat McLaren memperkecil selisih poin dari yang sebelumnya 115 poin setelah Miami menjadi hanya 42.
McLaren memiliki salah satu mobil tercepat dan tampil konsisten akhir-akhir ini. Namun kombinasi dari kelemahan operasional dan kesalahan pembalap telah membatasi mereka untuk meraih lebih banyak kemenangan.
McLaren harus berada di puncak permainan mereka selama sisa musim ini untuk setidaknya memiliki kesempatan untuk mengklaim titel konstruktor pertama mereka sejak 1998.
Apakah Mercedes kembali menjadi yang terdepan?
Mercedes memasuki paruh kedua musim ini dalam performa terbaiknya. Dorongan pengembangan telah membantu pabrikan Jerman tersebut mengekstrak lebih banyak performa dari W15 dan membalikkan awal tahun yang mengecewakan.
Sementara kemenangan George Russell di Austria hanya terjadi berkat tabrakan antara Verstappen dan Norris, Mercedes tampaknya memiliki paket tercepat di Silverstone dan Spa-Francorchamps, di mana tim mengklaim finis 1-2 di garis finis sebelum Russell didiskualifikasi.
Untuk pertama kalinya dalam aturan F1 saat ini, Mercedes membuat kemajuan nyata dan berusaha keras untuk mendekati posisi terdepan. Namun bos Mercedes Toto Wolff tidak yakin timnya masih dalam posisi untuk bersaing meraih kemenangan di setiap balapan.
"Kami tahu kami harus mengejar ketertinggalan," kata Wolff menjelang kembalinya F1 di Zandvoort akhir pekan ini. "Kami belum mampu bersaing untuk meraih kemenangan di setiap grand prix."
"Kami telah membuat langkah-langkah bagus dalam memperbaiki kelemahan W15 dan akan terus bekerja keras untuk meraih lebih banyak lagi. Jika kami dapat melakukannya, maka kami akan memperkecil jarak dengan mereka yang unggul di kedua kejuaraan."
Bisakah Ferrari kembali ke jalur kemenangan?
Ferrari muncul dari musim dingin sebagai penantang terdekat Red Bull tetapi secara dramatis menurun dan disusul oleh tim-tim seperti McLaren dan Mercedes.
Finis 1-2 di Australia, dan kemenangan kandang Charles Leclerc di Monaco, terasa sudah lama berlalu. Ferrari tidak tampak mampu bersaing untuk menang sejak saat itu, dan bahkan podium pun sulit diraih, dengan Carlos Sainz finis ketiga di Austria karena insiden antara Verstappen dan Norris.
Leclerc memang meraih pole di Spa-Francorchamps, tapi itu karena Verstappen turun grid dan podium milik pembalap Monaco itu juga baru dipastikan setelah Russell didiskualifikasi.
Intinya, Ferrari kesulitan untuk memperebutkan podium dan kemenangan dengan mengandalkan kecepatan semata.
Setelah awal yang menjanjikan, pengembangan Ferrari menjadi kacau, dengan masalah porpoising menjadi efek samping yang tidak diinginkan dari upgrade Spanyol.
Baik Leclerc maupun Sainz kesulitan untuk menjinakkan SF-24 Ferrari yang tidak dapat diprediksi, yang ingin disembuhkan oleh tim Italia tersebut dengan merevisi bagian bawah lantai di Hungaria dan Belgia.
Ferrari memiliki rencana upgrade lebih lanjut untuk Zandvoort yang mereka harapkan dapat menghidupkan kembali musim mereka setelah enam balapan tanpa kemenangan.
Lewis Hamilton tidak diragukan lagi akan terus mencermati kemajuan Ferrari menjelang kepindahannya di musim dingin ke Maranello…
Dilema line-up pembalap Red Bull
Perez tetap berada di bawah tekanan menjelang paruh kedua musim ini meskipun Red Bull mengumumkan setelah Belgia bahwa ia akan mempertahankan kursinya sampai akhir tahun.
Jika pembalap Meksiko itu tidak segere meningkatkan penampilannya, dia bisa saja kehilangan kursinya. Apalagi saat ini Red Bull mulai terancam dalam pertarungan konstruktor.
Red Bull telah menegaskan bahwa mereka ingin Perez bertahan. Namun jika ia tidak dapat menemukan kembali performa terbaiknya, dan Red Bull mendapat tekanan yang semakin besar dari McLaren, tim tersebut pasti tidak punya pilihan selain mempertimbangkan kembali pilihan mereka.
Skenario seperti itu akan membuat Red Bull pusing. Yuki Tsunoda sudah terikat kontrak dengan tim saudaranya RB untuk tahun 2025, sementara Daniel Ricciardo belum benar-benar meyakinkan untuk mendapatkan pemanggilan kembali tahun ini.
Red Bull juga memiliki pembalap cadangan Liam Lawson yang menunggu dan dilaporkan perlu membuat keputusan tentang masa depannya pada bulan September, atau menghadapi risiko kehilangan dia sama sekali.
Balapan berikutnya akan sangat penting bagi Perez untuk memperkuat posisinya di Red Bull.
Menanti sepak terjang bos baru Alpine
Grand Prix Belanda akan menandai debut Oliver Oakes sebagai Team Principal baru Alpine.
Warga Inggris, yang mendirikan tim Hitech yang berlomba di kategori olahraga bermotor junior, akan menjadi bos F1 termuda kedua sepanjang masa pada usia 36 tahun.
Oakes adalah pemimpin ketiga Alpine setelah Otmar Szafnauer dan Bruno Famin asal Prancis dalam periode 12 bulan yang penuh gejolak yang dibayangi oleh kepergian beberapa personel senior.
Ia akan dihadapkan langsung ke tugas besar di F1 mengingat kesulitan yang dialami Alpine musim ini. Namun, Oakes berharap bisa melanjutkan kemajuan yang terus dicapai Alpine setelah memulai musim 2024 dengan mobil paling lambat di grid.